Followers

Diet DASH untuk Penderita Darah Tinggi

Posted by wiby Tuesday, March 2, 2010

Penderita tekanan darah tinggi (hipertensi) harus pintar-pintar mengatur makanannya. Dua makanan utama yang dapat mempengaruhi hipertensi adalah asupan garam atau natrium dan asupan kalium.

Tapi ada cara diet yang bisa dilakukan untuk penderita hipertensi yakni Diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension).

Diet dengan cara mengatur garam dan kalium ini dikembangkan di Amerika Serikat tapi telah berhasil digunakan di seluruh dunia dan tak terkecuali Afrika Selatan.

Asal tahu saja, Afrika Selatan pada umumnya, dan penduduk kulit hitam pada khususnya, rentan terhadap hipertensi atau tekanan darah tinggi.

Diperkirakan 24,4 persen dari orang dewasa berkulit hitam di Afrika Selatan menderita penyakit hipertensi. Akibatnya banyak yang terserang stroke dan kerusakan otak pada populasi ini. Asupan garam dan kalium yang tinggi menjadi penyebabnya.

Padahal WHO merekomendasikan rasio natrium terhadap kalium dalam makanan adalah 1:1. Namun dalam populasi kulit hitam, konsumsi natrium sangat tinggi hingga 8 gram/hari dibandingkan dengan yang disarankan maksimum 6 gram/hari). Sedangkan asupan kalium sangat rendah (50-60 mmol/hari). Inilah yang menyebabkan banyak orang yang menderita tekanan darah tinggi di Afrika selatan.

Studi yang dilakukan oleh Profesor Karen Charlton dan timnya pada tahun 2007 di University of Cape Town dan Dewan Penelitian Medis di Cape Town, terhadap diet DASH mencapai hasil yang menjanjikan pada 80 pasien berkulit hitam dengan hipertensi ringan hingga sedang yang menerima pengobatan antihipertensi. Hanya dengan mengubah enam item makanan dalam diet mereka selama delapan minggu.

Diet DASH telah memberikan bukti ilmiah bahwa makan banyak buah-buahan, sayuran dan gandum utuh disertai sedikit susu rendah lemak atau bebas lemak, dapat meningkatkan kalium, magnesium dan kalsium asupan. Sekaligus mengurangi asupan natrium ke tingkat yang dapat diterima untuk mengurangi tekanan darah.

Tim Prof Charlton menyediakan roti, margarin, kaldu, sup campur dan penguat rasa dengan lebih sedikit natrium atau garam konten dan 500 ml Maas per hari (susu asam tak berbumbu) pada 40 'peserta tes' untuk jangka waktu delapan minggu.

40 orang lainnya dikelompokkan sebagai 'peserta kontrol' yang diberikan diet yang sama dengan garam konten normal dan 500 ml minuman manis dingin untuk periode hari yang sama.

Setelah delapan minggu, tekanan darah sistolik rata-rata peserta tes 6,2 mm Hg lebih rendah dari peserta kontrol. Sedangkan tekanan darah sistolik dan diastolik BP peserta kontrol yang diukur dengan pemantau tekanan darah ambulatory 24 jam rata-rata di atas 4,5 mm Hg lebih rendah dari peserta tes.

Dalam kelompok peserta tes asupan natrium tetep tidak berubah, sementara pada kelompok peserta kontrol meningkat hampir 1 gram per hari.

Asupan nutrisi meningkat secara dramatis. Asupan kalsium meningkat hampir dua kali lipat, asupan kalium hampir 900 mg per hari dan asupan magnesium meningkat sebesar 84 mg per hari dalam kelompok tes.

Perlu diketahui bahwa peningkatan asupan potasium, kalsium dan magnesium ini dicapai tanpa menggunakan suplemen mineral.

Prof Charlton dan timnya (2007) menyimpulkan bahwa penelitian mereka menunjukkan respons terhadap kesehatan masyarakat.

"Anda dapat mencapai pengurangan tekanan darah sistolik yang signifikan secara klinis untuk hipertensi sedang dalam pengobatan masyarakat berpenghasilan rendah di Afrika Selatan melalui manipulasi dari tujuh diet makanan olahan yang dikonsumsi," kata Prof Charlton seperti dilansir Health24, Selasa (2/3/2010).

Studi ini tidak hanya menunjukkan bahwa masyarakat miskin dengan sedikit sumber daya dapat membuat perubahan pola makan yang dapat meningkatkan tekanan darah, tetapi pola makan itu juga dapat diubah dengan membuat beberapa penyesuaian.

0 comments

Post a Comment